Ada dua alasannya :
Pertama, orang yang sudah mati, kedua
mata, telinga, tangan, kaki, lidah dan semua anggota tubuhnya akan diambil
darinya. Begitu pula keluarga, anak, kerabat, semua pengetahuan, unta, binatang
ternak, para budak, rumah-rumah dan pekarangannya dan semua yang dimiliki akan
diambil darinya. Tidak ada bedanya apakah barang-barang ini diambil dari
manusia atau manusia itu sendiri yang dipisahkan dari barang-barang tersebut.
Sesungguhnya,
perkara yang menyakitkan ialah perpisahan. Perpisahan kadang terjadi Karena
diambilnya harta seseorang atau orang tersebut ditawan dari kepemilikan harta.
Dalam dua kondisi tersebut, rasa sakit tetap satu. Kematian berarti
dipisahkannya manusia dari hartanya dan mengalihkannya kealam lain yang tidak
sama dengan alam ini.
Bila di dunia
ini ia memiliki sesuatu yang disenangi serta membuatnya merasa tenang dan
diperhitungkan keberadaannya, kematian akan dirasa sangat menyedihkan dan
menyengsarakan karena harus berpisah dengannya. Jika ia bahagia dengan
mengingat Allah dan merasa tentram dengan-Nya, ia akan merasakan kenikmatan dan
kebahagiaannya semakin sempurna. Demikian pula ia dibiarkan menyendiri bersama
kekasihnya serta segala rintangan dan aral diputus darinya. Sebab, dunia membuatnya
lalai dari mengingat Allah. Inilah satu sisi perbedaan antara kondisi kematian
dan kondisi kehidupan.
Kedua, dengan kematian, semua yang tidak
terungkap ketika hidup menjadi terungkap. Seperti sesuatu yang tidak terlihat
ketika tidur akan terlihat oleh orang yang sedang terjaga. saat ini seluruh
manusia seperti dalam keadaan tidur dan ketika sudah meninggal mereka baru
terbangun. Pertama kali yang terungkap oleh orang mati ialah apa yang
bermanfaat dan berbahaya baginya dari kebaikan dan kejelekan-kejelekan. Setiap
kali melihat kejelekannya, ia pun merasa sedih terhadapnya. Sementara orang
mukmin akan melihat luasnya keagungan Allah setelah mati.
Kalau
diibaratkan dengan kematian, dunia seperti penjara yang sempit. Sementara
penghuninya bagaikan tawanan di rumah yang gelap dan sempit, lalu dibukakan
untuknya pintu menuju taman yang sangat luas, sehingga matanya tidak mampu
memandang hingga ujungnya. Di dalam tanam tersebut terdapat aneka pohon dan
burung. Sehingga ia tidak mau lagi kembali lagi ke penjara yang gelap gulita.
Disarikan dari
Taskiyatun Nafs Dr. Ahmad farid (Ummul Qura, 2014;144-145)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar